Mereka aja (yang) sudah berumur berani tampil di panggung, kok kamu tidak?!
—————
Hari Sabtu, 24 Oktober 2015. Sinar matahari masih cukup panas, meski sudah jam 4 sore.
Setelah mengantar anak sulung ke sekolah, saya tidak langsung pulang,
tapi mampir dulu ke lapangan Kenari. Di situ ada acara Pesta Rakyat Simpedes yang diadakan oleh sebuah bank pemerintah. Acara sudah dimulai
sejak pagi tadi. Ada berbagai macam acara, dari pameran UMKM sampai
lomba-lomba, di antaranya adalah lomba burung berkicau dan asah akik.
Niat awal saya datang adalah untuk melihat lomba asah akik, juga
melihat stand akik. Namun apa daya, ternyata lombanya sudah selesai.
Hanya, ketika saya datang di panggung sedang tampil sebuah band yang
mayoritas pemainnya berpakaian warna hitam dengan dibantu dua orang
backing vokal perempuan, sedang tampil membawakan “Smoke On The
Water”-nya Deep Purple. Dan, saya gak jadi kecewa! Langsung saja saya
stay, menonton dan menikmati penampilan band itu.
Memasuki tengah lagu kedua, “Hongky Tonk Woman”-nya Rolling Stones,
saya sempat bergegas pulang menjemput anak bungsu dan istri, dengan
niatan untuk mengajak mereka nonton juga.
Alhamdulillah, sekembalinya saya ke lapangan band itu masih main,
kali ini mereka bawakan lagu “Highway Star”-nya Deep Purple. Tebakan
saya, band ini adalah semacam sekumpulan manusia yang suka dengan segala
hal berbau klasik rock. Btw, asyik juga, membantu mengobati rasa rindu
saya pada lagu-lagu era itu.
Selesai lagu itu, band kemudian berkemas karena harus berbagi stage
dengan band lain. Dari si MC saya tahu, band yang nyanyiin lagu-lagu
klasik rock tadi itu bernama The Kemisan.
Kelar The Kemisan, tampil band berikutnya yang bernama The Gentleman.
Kali ini pemainnya berusia lebih muda dari The Kemisan, dan berpakaian
necis, bahkan ada yang memakai dasi kupu-kupu. Mereka tampil membawakan
lagu-lagu dari Sheila On 7, yaitu Anugerah Terindah Yang Pernah
Kumiliki, J.A.P, Melompat Lebih Tinggi dan Pejantan Tangguh. Yang
menjadi catatan saya, sepertinya mereka masih perlu menambah jam
terbang. Saya merasa ada beberapa part yang mereka mainkan masih tidak
cukup rapi.
Jam 5 sore kurang 10 menit, saya minta tolong agar istri menjemput anak dari sekolah sore untuk dibawa langsung ke lapangan.
Setelah The Gentleman turun dari panggung, band berikutnya yang
tampil adalah Nothing, yang beraliran emo. Mereka membawakan lagu
berjudul “Jiwa” dari Alone At Last, dan dua lagu ciptaan sendiri
berjudul “Bangkit” dan “Sebatas Mimpi”. Dibandingkan The Gentleman,
Nothing tampil lebih baik dan rapi.
Lalu istri datang bersama anak sulung, ketika itu di panggung sedang
tampil Black Flash dari Kudus yang sedang memainkan “One”-nya Metallica,
setelah sebelumnya juga memainkan lagu Metallica yang lain yang
berjudul “Enter Sandman”.
Kelar “One”, Black Flash memainkan “Whenever I May Roam” juga punya
Metallica dari album Black. Karena saya cukup kenal dengan lagu-lagu
yang Black Flash mainkan, jadilah saya ikut sedikit-sedikit sing along
selama mereka tampil.
Lalu tiba-tiba ada yang berbisik di telinga saya,
“Mereka aja (yang) sudah berumur berani tampil di panggung, kok kamu tidak?!”. Saya nengok
ke istri saya sambil nyengir.
Menjelang maghrib, Black Flash memainkan satu lagu ciptaan mereka
sendiri yang berjudul “Sepi”, yang ternyata cukup asyik didengarkan.
Good Job!
Selesai acara, saya sempat browsing soal Black Flash, dan akhirnya
saya nemu akun vokalisnya di media sosial. Kepadanya saya sampaikan apresiasi saya atas
penampilan mereka tadi, dan saya sampaikan sedikit uneg-uneg saya soal
gayanya.
Saya bilang, “
Mainnya Metallica kok gayanya pakai gaya Axl Rose”.
Jawabnya, “
Kolaborasi, bro. Vokalisnya Metallica kan bawa gitar, kalo aku tidak. Daripada gak ada gaya.”
Itu sedikit catatan yang saya buat atas impresi yang saya tangkap
pada even tersebut. Percayalah, masih ada (musik) rock di panggung.
——