Showing posts with label catatan. Show all posts
Showing posts with label catatan. Show all posts

28.10.16

Hidupku Sunyi

google.com


Suatu ketika, saya melihat sekumpulan orang sedang bermain musik. Ketika itu mereka membawakan lagunya The Mercys yang berjudul "Hidupku Sunyi". Saya begitu menikmatinya, sehingga membuat saya menjadi suka dengan lagu tersebut. 

Para pemain musik itu adalah tetangga satu desa di tempat saya tinggal, yang masih saya ingat dua diantara mereka adalah pak Puji dan pak Edy. 

Selang beberapa tahun kemudian, saya dan beberapa teman bermain musik dan juga memainkan lagu yang sama, tapi dengan versi yang berbeda. 

Kalau dulu pak Puji Rahardjo dan kawan-kawan memainkan versi original dari The Mercys, saya dan teman-teman memainkan versi gubahan dari Boomerang, yang ada di album Best & Ballads, yang diproduksi oleh Loggis Records pada tahun 1999. Di lagu tersebut saya memainkan gitar dengan menggunakan slide.

Beberapa waktu lalu di sebuah stasiun televisi tayang sebuah acara yang bertajuk "Golden Memories", menampilkan lagu-lagu nostalgia yang pernah hits di Indonesia. 

Sampai pada suatu episode menampilkan Band Legendaris The Mercys dengan formasi yang ada sekarang ini. Dan yang saya tunggu akhirnya muncul juga, Hidupku Sunyi terngiang di telinga, membuat saya ikut bernyanyi dan kembali ke masa lalu. 

Apa lagu favorit anda?

2.5.16

Tentang Taman Buaya Beat Club

Setiap hari Senin sampai dengan Kamis di jam 10 malam, saya mencoba untuk menyempatkan diri menonton acara musik di stasiun televisi tertua di negeri ini, TVRI.
Acara tersebut diberi tajuk "Taman Buaya Beat Club". Sebuah acara musik yang dikemas secara live dengan menampilkan band-band atau penyanyi dari negeri sendiri. Baik yang sudah punya nama maupun yang baru merintis. Beberapa sudah mengeluarkan album melalui label besar, beberapa baru merilis album atau singel melalui indie label.
Acara ini menampilkan musik lintas genre. Pop, jazz, reggae atau rock pernah mengisi acara tersebut. Nama-nama seperti Edane, Boomerang, Funky Kopral, Power Slaves, The Rain, Killing Me Inside sampai dengan Tony Rastafara pernah tampil.
Sungguh, Taman Buaya Beat Club menjadi sebuah acara musik yang kehadirannya saya tunggu-tunggu. Karena apa? Banyak memang acara musik di stasiun televisi lain, tapi kebanyakan dikemas tidak "pure" musik. Tetapi digabungkan dengan acara kuis, komedi atau gosip-gosip yang gak jelas gitu. So, Taman Buaya Beat Club menjadi acara musik nomor satu buat saya. Sekali lagi, buat saya. Selain disajikan dengan format live, acara tersebut juga minim iklan. Sehingga kepuasan bisa maksimal. :)
Saking demennya dengan Taman Buaya Beat Club, beberapa kali saya merasakan penyesalan yang mendalam ketika saya terpaksa melewatkan beberapa episode dimana sebenarnya kehadirannya sangat saya tunggu-tunggu.
Episode yang paling saya sesalkan karena terlewat, adalah ketika band favorit saya Edane tampil. Sebenarnya saya sudah bersiap menonton, eh pas tiba waktunya malah saya ketiduran. Bayangkan betapa dongkolnya saya. Akhirnya saya hanya bisa menikmati tayangannya melalui youtube. Yah, sedikit bisa mengobati kegondokan saya deh.
Sedikit saran buat Taman Buaya Beat Club, agar kualitas sound dapat diperbaiki menjadi lebih jernih, tidak sekedar kencang. Btw, dua jempol untuk Taman Buaya Beat Club dan TVRI.
Salute!

25.10.15

Masih Ada (Musik) Rock di Panggung

Mereka aja (yang) sudah berumur berani tampil di panggung,  kok kamu tidak?!
—————

Hari Sabtu, 24 Oktober 2015. Sinar matahari masih cukup panas, meski sudah jam 4 sore.

Setelah mengantar anak sulung ke sekolah, saya tidak langsung pulang, tapi mampir dulu ke lapangan Kenari. Di situ ada acara Pesta Rakyat Simpedes yang diadakan oleh sebuah bank pemerintah. Acara sudah dimulai sejak pagi tadi. Ada berbagai macam acara, dari pameran UMKM sampai lomba-lomba, di antaranya adalah lomba burung berkicau dan asah akik.

Niat awal saya datang adalah untuk melihat lomba asah akik, juga melihat stand akik. Namun apa daya, ternyata lombanya sudah selesai.

Hanya, ketika saya datang di panggung sedang tampil sebuah band yang mayoritas pemainnya berpakaian warna hitam dengan dibantu dua orang backing vokal perempuan, sedang tampil membawakan “Smoke On The Water”-nya Deep Purple. Dan, saya gak jadi kecewa! Langsung saja saya stay, menonton dan menikmati penampilan band itu.

Memasuki tengah lagu kedua, “Hongky Tonk Woman”-nya Rolling Stones, saya sempat bergegas pulang menjemput anak bungsu dan istri, dengan niatan untuk mengajak mereka nonton juga.

Alhamdulillah, sekembalinya saya ke lapangan band itu masih main, kali ini mereka bawakan lagu “Highway Star”-nya Deep Purple. Tebakan saya, band ini adalah semacam sekumpulan manusia yang suka dengan segala hal berbau klasik rock. Btw, asyik juga, membantu mengobati rasa rindu saya pada lagu-lagu era itu.

Selesai lagu itu, band kemudian berkemas karena harus berbagi stage dengan band lain. Dari si MC saya tahu, band yang nyanyiin lagu-lagu klasik rock tadi itu bernama The Kemisan.

Kelar The Kemisan, tampil band berikutnya yang bernama The Gentleman. Kali ini pemainnya berusia lebih muda dari The Kemisan, dan berpakaian necis, bahkan ada yang memakai dasi kupu-kupu. Mereka tampil membawakan lagu-lagu dari Sheila On 7, yaitu Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki, J.A.P, Melompat Lebih Tinggi dan Pejantan Tangguh. Yang menjadi catatan saya, sepertinya mereka masih perlu menambah jam terbang. Saya merasa ada beberapa part yang mereka mainkan masih tidak cukup rapi.

Jam 5 sore kurang 10 menit, saya minta tolong agar istri menjemput anak dari sekolah sore untuk dibawa langsung ke lapangan.

Setelah The Gentleman turun dari panggung, band berikutnya yang tampil adalah Nothing, yang beraliran emo. Mereka membawakan lagu berjudul “Jiwa” dari Alone At Last, dan dua lagu ciptaan sendiri berjudul “Bangkit” dan “Sebatas Mimpi”. Dibandingkan The Gentleman,  Nothing tampil lebih baik dan rapi.

Lalu istri datang bersama anak sulung, ketika itu di panggung sedang tampil Black Flash dari Kudus yang sedang memainkan “One”-nya Metallica, setelah sebelumnya juga memainkan lagu Metallica yang lain yang berjudul “Enter Sandman”.

Kelar “One”, Black Flash memainkan “Whenever I May Roam” juga punya Metallica dari album Black. Karena saya cukup kenal dengan lagu-lagu yang Black Flash mainkan, jadilah saya ikut sedikit-sedikit sing along selama mereka tampil.

Lalu tiba-tiba ada yang berbisik di telinga saya, “Mereka aja (yang)  sudah berumur berani tampil di panggung, kok kamu tidak?!”. Saya nengok ke istri saya sambil nyengir.

Menjelang maghrib, Black Flash memainkan satu lagu ciptaan mereka sendiri yang berjudul “Sepi”, yang ternyata cukup asyik didengarkan. Good Job!

Selesai acara, saya sempat browsing soal Black Flash, dan akhirnya saya nemu akun vokalisnya di media sosial. Kepadanya saya sampaikan apresiasi saya atas penampilan mereka tadi, dan saya sampaikan sedikit uneg-uneg saya soal gayanya.

Saya bilang, “Mainnya Metallica kok gayanya pakai gaya Axl Rose”.
Jawabnya, “Kolaborasi, bro. Vokalisnya Metallica kan bawa gitar, kalo aku tidak. Daripada gak ada gaya.

Itu sedikit catatan yang saya buat atas impresi yang saya tangkap pada even tersebut. Percayalah, masih ada (musik) rock di panggung.

——

Ada Apa Dengan Tupas?




Melihat geliat per-musik-an di Sulang setelah adanya studio musik, yang memberikan kemudahan akses buat anak-anak muda Sulang dan sekitarnya dalam bermusik, membuat libido bermusik saya kembali datang. Meski dengan skil pas-pasan, kemampuan rata-rata, itu tidak menciutkan nyali sedikitpun untuk kembali menyalakan api musik dalam diri saya.

Lalu saya mulai ngumpul-ngumpul dengan beberapa teman yang saya kira punya visi yang sama dengan saya, sehingga akhirnya, BOOM!, jadilah ‘session band’, yang pada mulanya terdiri dari beberapa personel yang ‘tidak’ tetap, karena memang mereka juga menjadi player di band lain.

Pada awalnya, session band ini selalu berganti player tiap kali latihan di studio. Menyebut beberapa nama diantaranya adalah Wahyu, Gombel, Adi’, Duix, Risma, Sapi, Bercho, dan Angga.

Lalu, setelah beberapa kali latihan akhirnya yang tersisa dan terasa ‘fixed’ adalah komposisi Adi’ [vokal], Duix [bas], Bercho [gitar], Risma [gitar] dan Angga [Dram]. Inilah session band itu. Kenapa dari tadi saya menyebut band ini sebagai session band? Karena band ini belum bernama.

Soal nama, apakah akan disebut sebagai TUPAS? Tentu saja saya berani mengatakannya TIDAK, dengan T besar. Karena, TUPAS belum bubar, tetapi hanya sedang tidur. TUPAS adalah Andhi, Peddex, Hook, Komplong, Bercho dan Kecik. Itu saja! Dan sampai saat ini tidak ada pernyataan bubar dari TUPAS. Saya sebagai salah satu dari anggotanya tidak ‘merekomendasikan’ nama itu untuk digunakan sebagai nama session band ini. Biarlah band ini tanpa nama, tetapi yang penting ‘nyala api’ bermusik yang kami miliki tidak pernah padam, tetap membara.

Saya kangen dengan teman-teman lama saya yang dulu biasa/ sering bermain musik bersama: Tongky, Sapi. Entah bagaimana aktivitas bermusik mereka saat ini. Terakhir, saya mendapat sapaan dari teman lama saya Yusril, Tongky, Gobang, lewat blog saya. Mudah-mudahan mereka tetap seperti yang dulu.

(tulisan ini pernah dimuat di https://sulang.wordpress.com/2008/07/29/t-u-p-a-s-re-born/)