31.10.16

Iin Parlina



Di antara para lelaki dalam group Bimbo, ada seorang perempuan cantik yang bersuara merdu. namanya Iin Parlina.

Sewaktu kecil, saya mengenal Bimbo lewat lagu-lagunya. Baik yang bertema religi maupun yang populer, sedikit saja saya sebut diantaranya adalah Tuhan, Balada Seorang Biduan, dan lainnya.

(Sumber gambar: Google.com)

Tentang Iin, ada sebuah cerita. 

Saya lupa-lupa ingat bagaimana mulanya, pokoknya pernah terucap dari mulut saya kalau saya mengidolakan Iin Parlina, tapi oleh tante-tante saya, omongan saya itu disalah artikan menjadi saya mengidolakan Iin, tetangga depan rumah nenek.

Tentang lagu Tuhan, saya pernah memainkannya secara instrumentalia menggunakan gitar akustik untuk mengiringi tiga orang teman membacakan puisi dalam sebuah acara keagamaan di desa Krikil di daerah Weleri/ Sukorejo.

28.10.16

Hidupku Sunyi

google.com


Suatu ketika, saya melihat sekumpulan orang sedang bermain musik. Ketika itu mereka membawakan lagunya The Mercys yang berjudul "Hidupku Sunyi". Saya begitu menikmatinya, sehingga membuat saya menjadi suka dengan lagu tersebut. 

Para pemain musik itu adalah tetangga satu desa di tempat saya tinggal, yang masih saya ingat dua diantara mereka adalah pak Puji dan pak Edy. 

Selang beberapa tahun kemudian, saya dan beberapa teman bermain musik dan juga memainkan lagu yang sama, tapi dengan versi yang berbeda. 

Kalau dulu pak Puji Rahardjo dan kawan-kawan memainkan versi original dari The Mercys, saya dan teman-teman memainkan versi gubahan dari Boomerang, yang ada di album Best & Ballads, yang diproduksi oleh Loggis Records pada tahun 1999. Di lagu tersebut saya memainkan gitar dengan menggunakan slide.

Beberapa waktu lalu di sebuah stasiun televisi tayang sebuah acara yang bertajuk "Golden Memories", menampilkan lagu-lagu nostalgia yang pernah hits di Indonesia. 

Sampai pada suatu episode menampilkan Band Legendaris The Mercys dengan formasi yang ada sekarang ini. Dan yang saya tunggu akhirnya muncul juga, Hidupku Sunyi terngiang di telinga, membuat saya ikut bernyanyi dan kembali ke masa lalu. 

Apa lagu favorit anda?

23.10.16

Kaos Bergambar


Kaos band yang pertama saya punya adalah kaos berwarna biru gelap yang bergambar personel Guns N' Roses, dibelikan ibu ketika saya mau kuliah di Semarang. Ibu membelikannya dengan sedikit berbisik, "Jangan bilang adikmu, nanti dia juga minta".

Yang masih jadi pertanyaan, ibu membeli kaos bergambar "GN'R" itu kebetulan nemu yang bergambar anak band atau emang sengaja?

Setelah kuliah, dari uang saku yang diberikan saya sisihkan untuk membeli kaset-kaset dan juga kaos. Pembelian kaos band masih berlanjut dengan membeli kaos bergambar/ tuliskan Oasis dan Nirvana, produk dari C59.

Makin lama kaos-kaos itu makin usang bahkan ada yang diminta sama seorang teman waktu saya sempat mukim di Jakarta bertahun lalu.

---xx---

Kisaran tahun 1999-2000 di Solo, suatu hari:

"Ngefans kok gak punya kaosnya!", ucap si Agus, teman saya yang berkacamata tebal ketika duduk di depan saya.

Dia saat itu mengenakan kaos bergambar Deep Purple yang desainnya meniru gambar cover album "Very Best of Deep Purple", dia memang ngefans sama Deep Purple dan Dream Theater.

"Emangnya kalau ngefans harus pakai kaosnya, gitu?", kata saya sambil balik nanya, yah, semacam pembelaan diri.

Setelah berpikir lebih lama, ternyata sedikit banyak apa yang disampaikan Agus ada hubungannya juga. Paling tidak, dengan mengenakan kaos yang bergambar/ logo/ tulisan band atau tokok idola, saya bisa menunjukkan eksistensi diri alias pamer sedikit. Apalagi ketika kemudian ketemu sama orang yang juga punya idola yang sama dengan saya.

Akhirnya setelah lama vakum, saya membeli lagi kaos band-band kesukaan saya, produk lokal sih, tapi belinya gak ada di sembarang tempat, karena waktu itu belum marak distro seperti sekarang ini.

Seiring berjalannya waktu, kesukaan saya membeli kaos masih saja berlanjut. Kini tidak lagi dominan membeli kaos band, namun sudah bergeser menjadi sebuah bentuk dukungan terhadap kegiatan atau aksi-aksi baik politik maupun sosial.

Apakah ada manfaatnya? Entah.




6.10.16

Gitar Pertama

jangan bayangkan saya di usia muda dibelikan gitar oleh orang tua, bahkan sampai sekarang tidak juga dibelikan. hahahaha. tapi bukan itu yang ingin saya bahas.
-------

seperti anak kecil pada umumnya, saya juga gemar meniru apa yang orangorang tua lakukan. saya kadang menirukan seorang sopir, kadang juga menirukan kondektur. lain waktu menirukan seorang tukang parkir, dan seterusnya. tapi yang paling sering saya tirukan adalah seorang pemain band.

pernah suatu pagi, libur sekolah, saya dan adik saya, Andi, serta seorang teman bernama Lulus bermain menirukan pemain band.

kami lalu menjejer beberapa buah ember dan tutup panci untuk dijadikan sebagai drum. kemudian Lulus mengambil senter untuk dijadikan sebagai mik, dan saya mengambil gitar. tentunya bukan gitar betulan. tapi sebuah penggebuk kasur yang terbuat dari rotan.

itulah gitar pertama saya, bagaimana dengan anda?

Gombloh

"di radio aku dengar lagu kesayanganmu
ku telepon di rumahmu sedang apa sayangku
kuharap kau mendengar
dan kukatakan rindu"

bait awal lagu "kugadaikan cintaku" punya Gombloh terdengar di kejauhan. itu tandanya sebentar lagi akan ada gerobak penjual donat lewat.

hampir setiap sore dia lewat di jalan depan rumah, dan lagu yang diputar dan terdengar melalui corong toa kecilnya itu hanya lagu-lagu milik Gombloh, yang pada waktu itu (90an) booming di masyarakat.

sosok yang berpenampilan unik dan eksentrik itu memang mudah dikenali. dengan kacamata yang ada rantai kecilnya, kumis dan jenggot panjangnya, serta topi yang selalu tersemat di kepala, Gombloh wara-wiri di layar televisi.

jauh sebelum itu, saya mengenal lagu Gombloh dari kaset milik bapak yang aering diputar, album Sekar Mayang. lagu yang saya ingat adalah "Lindri-lindri" dan "Sekar Mayang".

banyak lagu-lagu Gombloh yang bernuansa kritik sosial, yang dikemas dengan lirik yang mudah dicerna dan musik yang enak dinikmati. dia telah menahbiskan dirinya menjadi seorang legenda, setidaknya bagi saya pribadi.

"hong wilaheng sekaring bawana langgeng
sekar mayang"