Showing posts with label nirvana. Show all posts
Showing posts with label nirvana. Show all posts

11.7.23

Foto: Corned Beef [1993-1996]

 

Corned Beef Band:
- Rahmat Yunanto, Vokal
- Slamet Widodo, Bas & Vokal
- Widyar Ali Wiharsanto, Drm
- Yudhie Yarcho, Gitar & Vokal

Additional Player:
- Koko, Gitar
- R. Widiatmoko, Gitar






20.1.21

Foto: Tupas Band dan Setelahnya [1994-2006]

 1. Icon Tugu Payung


2. Tupas Band
     - Alex, Drm
     - Andhi, Gitar & Vokal
     - Bercho, Gitar & Vokal
     - Peddex, Bas

     ex Member:
     - Hook (alm.), Gitar Akustik, Vokal
     - Dilla, Vokal

     Additional Player:
     - Weppy, Drm
     - Ari, Bas


Bercho

Andhi

Peddex

Alex alias Kecik

BR Studio Sulang

Risma (Sumber Manfaat Band) & Andhi (Tupas)




3. Tupas Band feat. Tongky (on Vokal)


Tongky


4. Sumber Manfaat Band (Jamming Band)
    - Angga, Drm
    - Dwi, Bas
    - Bercho, Gitar & Vokal
    - Risma, Gitar & Vokal
    - Adyk, Vokal






21.5.17

Basisnya Menghilang

Pernahkah kalian mengalami kehilangan seorang pemain bas ketika akan pentas? Saya pernah mengalaminya, sampai dua kali malahan.

Pertama:
Waktu itu saya punya band, namanya Corned Beef, band kampus. Anggotanya selain saya adalah Widyar (Drum), Widodo (Bas) dan Rachmat (Vokal). Kami memainkan lagu-lagunya Jamrud, Smashing Pumpkins, Firehouse, Guns N Roses dan yang sealiran. Kami biasa berlatih selepas kuliah, di sore hari.

Suatu ketika, kami akan tampil pada acara inagurasi pelepasan wisudawan. Seperti biasa, kami berlatih dengan tekun. Dengan formasi lengkap. 

Ketika sehari menjelang hari pelaksanaan, tiba-tiba basis kami yang bernama Widodo pergi entah kemana. Kami menjadi kelimpungan, karena sudah terlanjur bilang ke panitia bahwa kami siap tampil. 

Setelah nabrak sana-sini, akhirnya kami putuskan bahwa posisi bas akan saya pegang, yang biasanya berposisi sebagai gitaris. Lalu, kami minta bantuan salah seorang teman yang bernama Raden untuk menjadi additional player di posisi gitar.

Hingga tiba waktu pentas, penampilan di atas panggung bisa dilalui dengan mulus. Dan, setelah Widodo sang basis itu pulang dari “pelarian”nya, akhirnya kami tahu bahwa dia pergi naik gunung bersama teman-teman di kampungnya.

Kedua:
Proposal untuk manggung mengisi acara pensi di sebuah SMA di kampung sudah kami sampaikan ke pihak panitia. Waktu itu saya bergabung di band bernama Tupas. 

Tupas Band ini beranggotakan Andik (Lead Gitar), Alex (Drum), Peddex (Bas), Kukuh (Gitar Bolong), Dilla (Vokal), dan saya  sendiri (Rhytm Gitar). Kami biasa memainkan lagu-lagu Slank, Boomerang, Netral, Red Hot Chilli Peppers, Pearl Jam, Padi, dan band-band lainnya. 

Menjelang hari pentas, kami latihan seperti biasa untuk persiapan, agar bisa tampil secara maksimal.

Sehari sebelum waktu pentas tiba, kami latihan terakhir. Eh, ternyata Peddex tidak hadir, dan tidak memberi kabar. Setelah bertanya kepada orang tuanya, ternyata dia pergi ke tempat saudaranya yang ada di luar kota.

Lalu kami minta tolong kepada adik dari drummer kami, untuk menggantikan posisi sebagai pemain bas. Karena terbiasa nongkrong pada saat kami latihan, si Ari ini jadi gak terlalu kesulitan untuk ikut permainan kami.

Tibalah waktu pentas itu, dan dapat kami lalui dengan tanpa halangan berarti, walaupun tidak ada dokumentasi karena semua hasil jepretan oleh fotografer kami, mas Benu, semua gosong!

google.com
 

23.10.16

Kaos Bergambar


Kaos band yang pertama saya punya adalah kaos berwarna biru gelap yang bergambar personel Guns N' Roses, dibelikan ibu ketika saya mau kuliah di Semarang. Ibu membelikannya dengan sedikit berbisik, "Jangan bilang adikmu, nanti dia juga minta".

Yang masih jadi pertanyaan, ibu membeli kaos bergambar "GN'R" itu kebetulan nemu yang bergambar anak band atau emang sengaja?

Setelah kuliah, dari uang saku yang diberikan saya sisihkan untuk membeli kaset-kaset dan juga kaos. Pembelian kaos band masih berlanjut dengan membeli kaos bergambar/ tuliskan Oasis dan Nirvana, produk dari C59.

Makin lama kaos-kaos itu makin usang bahkan ada yang diminta sama seorang teman waktu saya sempat mukim di Jakarta bertahun lalu.

---xx---

Kisaran tahun 1999-2000 di Solo, suatu hari:

"Ngefans kok gak punya kaosnya!", ucap si Agus, teman saya yang berkacamata tebal ketika duduk di depan saya.

Dia saat itu mengenakan kaos bergambar Deep Purple yang desainnya meniru gambar cover album "Very Best of Deep Purple", dia memang ngefans sama Deep Purple dan Dream Theater.

"Emangnya kalau ngefans harus pakai kaosnya, gitu?", kata saya sambil balik nanya, yah, semacam pembelaan diri.

Setelah berpikir lebih lama, ternyata sedikit banyak apa yang disampaikan Agus ada hubungannya juga. Paling tidak, dengan mengenakan kaos yang bergambar/ logo/ tulisan band atau tokok idola, saya bisa menunjukkan eksistensi diri alias pamer sedikit. Apalagi ketika kemudian ketemu sama orang yang juga punya idola yang sama dengan saya.

Akhirnya setelah lama vakum, saya membeli lagi kaos band-band kesukaan saya, produk lokal sih, tapi belinya gak ada di sembarang tempat, karena waktu itu belum marak distro seperti sekarang ini.

Seiring berjalannya waktu, kesukaan saya membeli kaos masih saja berlanjut. Kini tidak lagi dominan membeli kaos band, namun sudah bergeser menjadi sebuah bentuk dukungan terhadap kegiatan atau aksi-aksi baik politik maupun sosial.

Apakah ada manfaatnya? Entah.