Showing posts with label soundgarden. Show all posts
Showing posts with label soundgarden. Show all posts

21.5.17

Fell On Black Days

"How would I know
That this could be my fate"

 [Soundgarden, Fell On Black Days]


[rollingstone.com]

#90an

Majalah Hai menerbitkan satu edisi Haiklip yang membahas fenomena musik Grunge atau disebut juga dengan Seattle Sound. Sebuah "sekte" musik yang dimotori dan didominasi oleh band-band yang berasal dari sekitar Seattle.


Di Haiklip tersebut dibahas 3 band yang disebut sebagai Pendekar Grunge, yaitu Nirvana, Pearl Jam dan Soundgarden. Setelah membaca majalah tersebut saya membeli Nevermindnya Nirvana, Tennya Pearl Jam dan Superunknownnya Soundgarden.

Saya begitu tersihir dengan musik Soundgarden dan lengkingan suara Chris Cornell, yang secara musikal berbeda dengan Nirvana dan Pearl Jam. Beberapa lagu di album Superunknown segera saja menjadi favorit untuk saya dengarkan, antara lain adalah Fell On Black Days, Black Hole Sun, Spoonman, dan My Wave.

#2000an


Chris Cornell membentuk Audioslave yang musiknya berbeda dengan Soundgarden. Ada beberapa lagu yang saya suka diantaranya Be Your Self, Like A Stone dan Until We Fall. Soal lagu Until We Fall ini, saya punya pengalaman menarik.


"What do you feel before you think?
What do you see before you blink?
Who do you battle in your dreams?
Who strokes your feathers 'til you scream?"
[Audioslave, Until We Fall]

Suatu hari ketika saya dan pacar saya (sekarang jadi istri saya) lagi jalan di mal, dan mendengar sebuah lagu yang suaranya saya rasa begitu familiar tapi tidak tahu judulnya. Segera saja saya dan pacar saya mencari operator musik untuk menanyakan judul dan penyanyinya. Ternyata operatornya tidak tahu.

Operator bilang, dia hanya menerima sebuah cd untuk diputar pada hari itu, tanpa label tanpa daftar isi. Saya terpaksa harus menahan keingintahuan saya itu.

Kemudian saya browsing di internet akhirnya ketemu judulnya Until We Fall dan penyanyinya adalah Audioslave.
 
#RIPChrisCornell

Mendapat berita kematiannya membuat saya terkejut, apalagi dengan cara yang dipilihnya. Tapi, apapun itu, Chris telah memilih jalannya sendiri. Goodluck.


"I was lost in the cities, alone in the hills.
No sorrow or pity for leaving, I feel, yeah."
[Audioslave, I'm The Highway]

***
#RIPChrisCornell #Grunge #Soundgarden #Audioslave #Seattle #ChrisCornell

23.10.16

Kaos Bergambar


Kaos band yang pertama saya punya adalah kaos berwarna biru gelap yang bergambar personel Guns N' Roses, dibelikan ibu ketika saya mau kuliah di Semarang. Ibu membelikannya dengan sedikit berbisik, "Jangan bilang adikmu, nanti dia juga minta".

Yang masih jadi pertanyaan, ibu membeli kaos bergambar "GN'R" itu kebetulan nemu yang bergambar anak band atau emang sengaja?

Setelah kuliah, dari uang saku yang diberikan saya sisihkan untuk membeli kaset-kaset dan juga kaos. Pembelian kaos band masih berlanjut dengan membeli kaos bergambar/ tuliskan Oasis dan Nirvana, produk dari C59.

Makin lama kaos-kaos itu makin usang bahkan ada yang diminta sama seorang teman waktu saya sempat mukim di Jakarta bertahun lalu.

---xx---

Kisaran tahun 1999-2000 di Solo, suatu hari:

"Ngefans kok gak punya kaosnya!", ucap si Agus, teman saya yang berkacamata tebal ketika duduk di depan saya.

Dia saat itu mengenakan kaos bergambar Deep Purple yang desainnya meniru gambar cover album "Very Best of Deep Purple", dia memang ngefans sama Deep Purple dan Dream Theater.

"Emangnya kalau ngefans harus pakai kaosnya, gitu?", kata saya sambil balik nanya, yah, semacam pembelaan diri.

Setelah berpikir lebih lama, ternyata sedikit banyak apa yang disampaikan Agus ada hubungannya juga. Paling tidak, dengan mengenakan kaos yang bergambar/ logo/ tulisan band atau tokok idola, saya bisa menunjukkan eksistensi diri alias pamer sedikit. Apalagi ketika kemudian ketemu sama orang yang juga punya idola yang sama dengan saya.

Akhirnya setelah lama vakum, saya membeli lagi kaos band-band kesukaan saya, produk lokal sih, tapi belinya gak ada di sembarang tempat, karena waktu itu belum marak distro seperti sekarang ini.

Seiring berjalannya waktu, kesukaan saya membeli kaos masih saja berlanjut. Kini tidak lagi dominan membeli kaos band, namun sudah bergeser menjadi sebuah bentuk dukungan terhadap kegiatan atau aksi-aksi baik politik maupun sosial.

Apakah ada manfaatnya? Entah.