Showing posts with label rotor. Show all posts
Showing posts with label rotor. Show all posts

23.7.23

Rotor : Pluit Phobia [1992]

PRIIIIIIITTTTT

Spoken:

"Selamat siang, Dik!"

"Siang, Pak"

"Bisa lihat surat-suratnya?"

"Wah… nggak bawa, Pak"

"Anda kami tilang!"


Pada tahun 1993

Polisi serasa Izrail

Saat berlaku UU LLAJR

Siapkan ratusan ribu

Bangkrut!


Langgar peraturan

Alpa surat-surat

Hanya dua pilihan

Jutaan atau penjara


Mungkin buat si kaya tak t’rasa

Mungkin rakyat makin disiplin

Tapi si miskin makin melarat

Atau aparat makin korupsi


Mereka kecewa…

Mereka protes…

Terhadap undang-undang…

Kurang pertimbangan…


Apa yang akan terjadi?

Trauma sepanjang jalan

Akan timbul penyakit baru

Bagi rakyat Indonesia…Pluitphobia


Album Behind The 8th Ball
I.R.S Gitar, Vokal
Bakar Drum
Juda Bas



25.3.23

Rotor: New Blood [1997]



Album yang dirilis tahun 1997 ini sungguh beda dengan pendahulunya (Behind The 8th Balls dan Eleven Keys), karena Rotor bereksperimen dengan memasukkan unsur drum menggunakan programming. Jadi jika didengarkan, album ini bernuansa industrial. Tapi meski demikian, sayatan gitar I.R.S masih tetap ada dan menjadi warna dari band Rotor.

Berisi delapan lagu yang sebagian besar berlirik bahasa Inggris dan hanya satu yang menggunakan bahasa Indonesia di lagu yang berjudul Nadya. Hentakan musik yang disuguhkan Rotor di album ini membuat manggut-manggut kepala yang mendengarkannya, akan tetapi bagi yang tidak biasa atau belum pernah mendengarkan album-album Rotor sebelumnya mungkin akan sedikit mengernyitkan dahi dan lalu berpikir: "Ini musik apaan?!"

Selain musiknya yang terdengar beda, lirik lagu Nadya pun bisa membuat tersenyum. Album New Blood ini menampilkan foto-foto masa kecil para personelnya pada cover album tersebut.


Nadya
Music & Lyric by I.R.S

Malas kami mikir
Biar gini aja
Pening kali pun kepala
Biar gini aja
Habis pula ide kami
Biar gini aja
Banyak kali pun persoalan
Biar gini aja
Lagu nggak komersil
Biar gini aja
Musik pun susah dijual
Biar gini aja
Idealisme harus jalan
Biar gini aja
Tapi kami harus kaya
Biar gini aja


Biar gini aja (4x)


Rotor Band line-up:
I.R.S Guitars, Vocals, Drum Programming
B.B   Drums
J.P   Bass

Songlist:
1. My Name Is Santet
2. Dead In Sleep
3. Javanese Liqueur II
4. Y-Rail Blue
5. Regret
6. Mind Changes World
7. Javanese Liqueur I
8. Nadya

Tentang album Eleven Keys, silakan kunjungi : Rotor: Eleven Keys [1995]
Tentang kepergian IRS, bisa dikunjungi di : RIP:IRS


7.5.19

Rotor: Eleven Keys [1995]

Eleven Keys (1995) adalah album ke 2 milik Rotor sebuah band beraliran thrash metal yang pada tahun 1993 menjadi band pembuka konser Metallica di Lebak Bulus, Jakarta. 

Album ini melengkapi koleksi rekaman-rekaman dari Rotor yang sudah saya miliki sebelumnya: Behind The 8th Balls, New Blood, Menang. Album Eleven Keys saya peroleh dari lapak penjual kaset bekas di daerah Pasar Legi Solo, di kisaran tahun 2000an, lebih dari 5 tahun setelah albumnya dirilis.

Pada awalnya saya merasa agak tidak sreg dengan desain sampul album Eleven Keys tersebut, yang menurut saya ada kesalahan desain atau typografi di sampul itu. Jika diperhatikan, pada sampul ada tulisan "ELEVEn KEYS", yang mana pada huruf "n" ditulis pada simbol "11", yang saya anggap menjadi faktor ketidak sempurnaan sampul album tersebut. Meski pada akhirnya album itu saya beli, tapi lupa harganya berapa pada waktu itu.

Kemudian saya memutar kaset tersebut, dan seperti kebiasaan saya mendengarkan lagu sambil membaca lirik lagu-lagu yang terdapat pada album tersebut. Perhatian saya tertuju pada lagu di trek 2, yang berjudul Eleven Keys, yang juga diangkat sebagai judul album.


ELEVEN KEYS

Spoken Two Words As A Confession Of Faith
Doing The Five Compulsory Times Of Moslem
Thirty Days Fasting On The Great Land
Paid Obligatory Aims At The End Of The Great Land
You Make A Pilgrimage To Mecca, If Possible

There Are Five Basic Principle Of Islam …
There Are Five Basic Principle Of Islam …
Just Use All These Keys And Keep Away
From Satan

La Ilaha Illallah
You Belive In Allah
You Belive In God’s Angel
You Belive In Muhammad
You Belive In Qoran
You Belive In The Doomsday
You Belive In God’s Decrees

There Are Six Faith Pillars That Will Keep You
On The Truth …
On The Truth …
Just Use All These Keys And Keep Away 
From Satan


Sebuah lagu "religi" berbalut musik thrash metal dengan dentum drum yang menderu berbarengan dengan bas, serta distorsi gitar yang memekakkan telinga. Menggunakan istilah "memekakkan telinga" membuat saya teringat dengan salah satu acara di radio PST FM Pati yang saban malam jumat menggeber musik-musik rock dan metal dan si penyiar menyebut musik-musik seperti itu sebagai musik yang memekakkan telinga.

Kenapa saya sebut lagu Eleven Keys sebagai lagu religi? Lagu tersebut berisi ikrar yang di dalam Islam, disebut sebagai Rukun Islam dan Rukun Iman. Rukun Islam terdiri dari 5 pernyataan, sedangkan Rukun Iman terdiri dari 6 pernyataan, yang jika ditotal jumlahnya menjadi 11, Eleven Keys, kunci bagi umat Islam.

Jadi tidak heran jika di beberapa tahun terakhir, gitaris yang juga vokalis Rotor, I.R.S malah dikenal sebagai aktivis dakwah Islam. 

Rotor sempat vakum beberapa tahun karena ditinggal pergi sang basis pada tahun 1998, namun 2019 ini menjadi tonggak kebangkitan Rotor. Mari tunggu saja kebangkitannya kembali.


Rotor Band original line-up:
I.R.S.                     Guitars, Vocals
B.B.                        Drums
J.P. (R.I.P. 1998)    Bass

Songlist:
1. No War, Always Peace
2. Eleven Keys
3. A Jail in a Cage
4. Inside and Outside
5. The Frustated Sheeps
6. Vomit the Pain
7. Pollution

4.1.18

Kaset Pita yang Tak Lekang Oleh Waktu

Kids jaman now mungkin sudah tidak mengenal lagi benda yang namanya kaset pita, yang jika diputar dengan tape recorder akan mengeluarkan bunyi apapun yang terekam di pitanya. Entah itu musik, suara burung, wayang, atau bahkan ceramah pengajian.

Anak jaman sekarang akan dengan mudah mendengarkan musik melalui streaming secara onlen atau mendonlod lagu-lagu yang sumbernya banyak bertebaran di dunia maya. Lalu dengan segera akan berteriak, "Hey, band! Aku penggemar setiamu!".

Mendengarkan lagu secara digital memang mudah dan menyenangkan, serta tidak ada perasaan khawatir yang menyertainya. Andai lagu yang diputar filenya rusak atau eror akan gampang cara untuk mengatasi persoalannya. Tinggal hapus file, kemudian donlod lagi. Masalah beres, kuping bisa disumpeli lagi.

Tapi jika mendengarkan lagu dengan menggunakan kaset pita, ada perasaan yang terlibat di sana. Bayangkan ketika kita melakukan kesalahan dalam memencet sebuah tombol di alat pemutar, bisa jadi akan ada lagu yang terhapus atau bisa juga kaset menjadi kusut, kemudian rusak atau putus dan tidak bisa diputar lagi. Jika ingin menyetel lagi, maka harus beli lagi rilisan fisiknya yang mana pada saat sekarang sudah menjadi barang yang langka dan kalaupun ada mungkin harganya akan melonjak tinggi dibanding ketika kaset itu pertama kali dirilis.

Sekarang ini memang tidak bisa dipungkiri adanya perkembangan teknologi: mendonlod atau membeli lagu via onlen juga mendengarkannya melalui streaming. Tapi kaset pita rilisan fisik dari band-band kesukaan saya masih tersimpan rapi untuk didengarkan pada saat tenang. Saya pikir, kadang perlu juga untuk piknik ke masa lalu. Meski tidak selalu.

[end]

keterangan foto:
Behind The 8th Balls [1992]
Eleven Keys [1995]
New Blood [1996]
Menang [1997]
Win [1997]
A Tribute to Rotor [2002]

2.8.16

RIP: Krisna J Sadrach

(foto dari akun facebook Krisna J Sadrach)

Tadi pas jalanjalan di facebook, di timeline ada banyak sekali yang ngetag akun mas Krisna J Sadrach, yang saya tahu sudah cukup lama dikabarkan sakit. Ternyata berita kehilangan besar di dunia musik metal Indonesia. Krisna J Sadrach yang merupakan pentolan sekaligus basis dan vokalis band thrash metal pionir di Indonesia, Suckerhead.

Saya mengenal nama Krisna J Sadrach melalui album-album Suckerhead yang saya miliki dan sering saya putar. Dengan suara khasnya membuat lagulagu Suckerhead menjadi enak untuk dinikmati, selain karena lirikliriknya yang cukup kritis. Beberapa lagu yang saya sukai adalah Perang, Bosan, Manic Depressive, Catatan Terakhir dan Neraka Jahanam yang merupakan cover version dari lagu punya Duo Kribo.

Selain berkiprah di Suckerhead, Krisna bersama Irfan Sembiring (vokalis dan gitaris Rotor) mengelola Rotorcorp yang memproduseri beberapa album kompilasi bandband underground untuk diorbitkan. Yang terkenal adalah seri Metalik Klinik dan Gitar Klinik.

Akhir 90an saya pernah menyaksikan langsung penampilan Krisna J Sadrach di GOR UNS Solo, dia tampil setelah sebelumnya menjadi juri di sebuah festival musik underground. Beberapa lagu Suckerhead dilantunkannya.

Sekarang, kita kehilangan dedengkot musik metal di Indonesia. Selamat jalan, mas. Semoga dilapangkan.

"Malam yang hening sepi
Di alam mimpi aku sendiri
Apakah engkau masih di sana?
Yang kutemukan hanyalah misteri"

¤ Catatan Terakhir by Suckerhead ¤